BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi
unggulan Indonesia, karena potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia
sebagai salah satu negara agraris di dunia dan juga merupakan salah satu sumber
penambah devisa bagi negara. Selain itu sub sektor pertanian merupakan
penghasil utama komoditas ekspor non migas Indonesia. Salah satu sektor
pertanian yang telah lama dikenal oleh pasar internasional dan dunia adalah sub
sektor perkebunan khususnya tanaman teh yang banyak diminati oleh para negara
pengimpor sector perkebunan dunia.
Indonesia
merupakan salah satu negara produsen sekaligus eksportir utama teh dunia. PTPN
VIII mengelola 24 perkebunan teh di atas tanah produktif seluas 25.905,3 Ha dan
merupakan perkebunan yang cukup luas di 6 kabupaten dan diantaranya termasuk
perkebunan teh yang terdapat di Rancabali, Kec.Ciwidey, Kab.Bandung, Jawa
Barat.
Produksi teh yang dihasilkan senantiasa terus meningkat
dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena adanya upaya pengelolaan yang baik
oleh PTPN VIII misalnya dalam hal pembudidayaan, cara pemetikan dan pengolahan
demi untuk memenuhi permintaan para pembeli. Hal lainnya, adanya keterlibatan
Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung untuk melakukan penelitian
sehingga memberikan kontribusi dalam hal peningkatan produksi dan mutu.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan
Masalah dari penulisan laporan kegiatan field trip di Perkebunan dan pabrik teh
Rancabali PTPN VIII Kabupaten Bandung adalah :
a)
Bagaimana sejarah perusahaan PTPN VIII ?.
b)
Bagaimana struktur organisasi perusahaan
PTPN VIII ?.
c)
Bagaimana proses pengolahan teh di
perusahaan teh PTPN VIII ?.
d) Apa
saja produk yang dihasilkan perusahaan teh PTPN VIII ?.
1.3 Tujuan
Laporan
1.3.1 Tujuan
Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan ini adalah
memenuhi salah satu tugas dari kegiatan Field Trip di Perusahaan teh PTPN VIII
yang dilaksanakan pada hari Rabu, Tanggal 12 Desember 2012.
1.3.2 Tujuan
Khusus
a)
Dapat mengetahui tentang sejarah perusahaan
PTPN VIII;
b)
Dapat mengetahui tentang struktur
organisasi perusahaan PTPN VIII;
c)
Dapat mengetahui tentang proses
pengolahan teh di perusahaan teh PTPN VIII;
d) Dapat
mengetahui produk yang dihasilkan perusahaan teh PTPN VIII.
1.4 Manfaat
Laporan
Menurut pandangan tim penulis laporan ini bermanfaat
untuk menambah wawasan pembaca mengenai perusahaan PTPN VIII, dan khususnya
bagi tim penulis sendiri yang telah mengadakan kunjungan langsung ke perusahaan
PTPN VIII.
1.5 Metode
Penelitian
1.5.1 Metode
Deskriptif
Deskripsi
adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas
dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung
mengalaminya sendiri.
1.5.2 Studi
Literatur
Dalam metode ini penulis menggunakan studi
literatur. Kondisi ini disesuaikan dengan penulis pada saat meneliti, yaitu
belajar dengan ditambah penelitian-penelitian.
1.5.3 Metode
Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan salah satu
pegawai dari Perusahaan PTPN VIII yang berada di Rancabali, Kec.Ciwidey, Kab.Bandung,
Jawa Barat.
1.5.4 Studi
Kepustakaan
Penulis
menggunkan metode studi kepustakaan untuk mendapatkan literatur tinjauan
teoritis, baik mengenai sejarah, struktur organisasi perusahaan, proses
pengolahan teh, serta produk yang
dihasilkan oleh perusahaan teh PTPN VIII.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Gambaran Umum Perusahaan PTPN VIII
2.1.1 Sejarah
Perusahaan
Perusahaan
perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari perusahaan
perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan kedaulatan secara
otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang kemudian dikenal
dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama. Antara tahun 1957 – 1960
dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan perkebunan eks milik
swasta Belanda/Asing (antara lain : Inggris, Perancis dan Belgia) dibentuk
PPN-Baru cabang Jawa Barat.
Dalam
periode 1960 – 1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam lingkup PPN-Lama dan
PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN Kesatuan Jawa Barat II, PPN
Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat IV dan PPN Kesatuan Jawa Barat
V.
Selanjutnya
selama periode 1963 – 1968 diadakan reorganisasi dengan tujuan agar pengelolaan
perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka Tanaman VII, PPN Aneka Tanaman
VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN Aneka Tanaman X, yang mengelola tanaman teh
dan kina, serta PPN Aneka Tanaman XI dan PPN Aneka Tanaman XII yang mengelola
tanaman karet. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan,
pada periode 1968 – 1971, PPN yang ada di Jawa Barat diciutkan menjadi tiga
Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) meliputi 68 kebun, yaitu :
Ø PNP
XI berkedudukan di Jakarta (24 perkebunan), meliputi perkebunan-perkebunan eks
PPN Aneka Tanaman X, dan PPN Aneka Tanaman XI;
Ø PNP
XII berkedudukan di Bandung (24 perkebunan), meliputi beberapa perkebunan eks
PPN Aneka Tanaman XI, PPN Aneka Tanaman XII, sebagian eks PPN Aneka Tanaman
VII, dan PPN Aneka Tanaman VIII;
Ø PNP
XIII berkedudukan di Bandung (20 perkebunan), meliputi beberapa perkebunan eks
PPN Aneka Tanaman XII, eks PPN Aneka Tanaman IX, dan PPN Aneka Tanaman X.
Sejak
tahun 1971, PNP XI, PNP XII dan PNP XIII berubah status menjadi Perseroan
Terbatas Perkebunan (Persero). Dalam rangka restrukturisasi BUMN Perkebunan
mulai 1 April 1994 sampai dengan tanggal 10 Maret 1996, pengelolaan PT
Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII digabungkan di bawah
manajemen PTP Group Jabar.
Selanjutnya sejak tanggal 11 Maret 1996, PT
Perkebunan XI, PT Perkebunan XII, dan PT Perkebunan XIII dilebur menjadi PT
Perkebunan Nusantara VIII (Persero).
3.1.1 Visi dan Misi
a)
Visi
Visi
PTPN VIII adalah “Menjadi Perusahaan
Agrobisnis terkemuka dan terpercaya, mengutamakan kepuasan pelanggan dan
kepedulian lingkungan dengan didukung oleh SDM yang profesional".
b)
Misi
Misi PTPN VIII
adalah:
Ø Menghasilkan
produk teh, karet, kelapa sawit, kina dan kakao bermutu dan ramah lingkungan
yang dibutuhkan oleh pasar dan mempunyai nilai tambah tinggi.
Ø Mengelola
perusahaan dengan good management dan strong leadership, memposisikan sumber
daya manusia sebagai aset bernilai, serta mengedepankan kesejahteraan karyawan.
Ø Mengoptimalkan
seluruh sumber daya untuk dapat meraih peluangpeluang pengembangan bisnis
secara mandiri maupun bersama mitra strategic.
Ø
Mengedepankan Corporate Social Responsibility
(CSR) seiring dengan kemajuan perusahaan.
2.1.3 Nilai-Nilai Luhur
Nilai-nilai
luhur merupakan landasan insan PTPN VIII dalam melakukan interaksi dengan
pihak-pihak didalam maupun di luar perusahaan. Pesan moral dan etika akan
selalu terkandung dalam nilai-nilai luhur tersebut, sehingga menjadi inspirasi
pendorong dan acuan bagi setiap insan PTPN VIII dalam berpola pikir dan berpola
tindak untuk mewujudkan pengelolaan perusahaan secara sehat dan beretika.
Nilai-nilai
luhur itu tertanam dalam budaya perusahaan yaitu WALAGRI JATI UTAMA. Arti
harfiah WALAGRI JATI UTAMA adalah sebagai berikut:
Ø Walagri
berasala dari bahasa Sunda yang merupakan bahasa ibu dimana PTPN VIII
berdomisili, yang mengandung arti sehat lahir bathin, penuh kesempurnaan, dan
penuh semangat.
Ø JATI, memiliki
makna jati diri atau kepribadian yang unggul.
Ø UTAMA,
mengandung makna nomor satu, fokus dan pusat perhatian.
Disamping
memiliki arti harfiah, WALAGRI JATI UTAMA juga mengandung makna filosofis bahwa
kelima nilai luhur perusahaan tersebut harus menjadi jati diri insan PTPN VIII
dalam rangka membentuk pribadi-pribadi yang unggul sehingga dapat menggerakkan
aktifitas perusahaan menuju kepada kinerja perusahaan yang sehat.
Adapun
pengertian dari masing-masing nilai luhur tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
Ø Takwa adalah
terpeliharanya sikap diri untuk tetap taat menjalankan segala perintah Allah
dan menjauhkan laranganNya. Takwa merupakan landasan spiritual yang diyakini
oleh insan PTPN VIII sebagai nilai luhur yang akan menjadi inspirasi dalam
melakukan bisnis maupun operasional perusahaan yang bermoral dan beretika.
Ø Keteladanan
merupakan perbuatan ataupun sikap yang patut ditiru.Sebagai nilai luhur yang
diinginkan oleh insan PTPN VIII, suri tauladan dari para pimpinan merupakan
contoh efektif yang mudah ditiru oleh para bawahan. Untuk itu setiap atasan
hendaknya memberikan contoh sikap perbuatan yang baik, sehingga patut ditiru
oleh anak buahnya. Namun demikian keteladanan ini tidak semata-mata hanya
dilakukan oleh atasan saja, akan tetapi setiap insan PTPN VIII juga harus dapat
memberikan keteladanan juga bagi insan PTPN VIII lainnya.
Ø Integritas
merupakan keterpaduan ataupun keutuhan prinsip moral dan etika yang mencakup
kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, tanggung jawab dan obyektivitas yang
menjadi landasan bagi insan PTPN VIII dalam melakukan kegiatan ataupun tugas
yang diembannya.
Ø Kerjasama Tim
merupakan nilai luhur insan PTPN VIII yang dilandasi dengan sikap keterbukaan
dan saling menghormati yang diarahkan kepada tujuan dan kepentingan perusahaan.
Nilai luhur kerjasama tim ini menjiwai insan PTPN VIII dalam setiap kegiatan
operasional perusahaan.
Ø Mengutamakan
kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat terwujud jika para pelanggan
terpenuhi kebutuhan dan keinginannya baik melalui produk maupun layanan dari
PTPN VIII. Sebagai nilai luhur yang dimiliki oleh insan PTPN VIII, kepuasan
pelanggan menjadi faktor yang sangat mendasar bagi PTPN VIII untuk kelangsungan
hidup perusahaan. Untuk itu setiap tindakan yang berkaitan dengan tugas-tugas
perusahaan, insan PTPN VIII harus mengutamakan kepuasan pelanggan.
3.1
Struktur Organisasi Perusahaan PTPN VIII
2.2.1 Komisaris
a)
Usman Basjah (Komisaris Utama)
Menjabat Komisaris Utama sejak tahun 2008. Sebelumnya pernah
menjabat sebagai Deputi IV Menko Polkam Bidang Pertahanan Negara dan Komisaris
di PT Nindya Karya.
b)
Gunawan (Komisaris)
Menjabat Komisaris sejak tahun 2008. Sebelumnya pernah
menjabat sebagai Direktur Produksi PT Perkebunan Nusantara III dan XIV.
c)
Firman Taufick (Komisaris)
Menjabat Komisaris sejak tahun 2008. Sampai dengan saat ini
masih menjabat sebagai Senior Advisor Marketing Communication di Bank BRI.
Sebelumnya pernah berkarir di PT Kemchick Group, PT ARGILL Indonesia, PT Nestle
Indonesia, PT Gobel Dharma Nusantara, PT Media Network Consolidated dan aktif
sebagai konsultan.
d)
Musliar Kasim (Komisaris)
Menjabat Komisaris sejak tahun 2012. Sampai dengan saat ini
masih menjabat sebagai Wakil Menteri pendidikan Nasional (Mendiknas)
Bidang Pendidikan, juga sebagai Rektor Universitas Andalas. Sebelumnya
pernah berkarir sebagai Ketua Majelis Tinggi Rektor Perguruan Tinggi Negeri
(MTRPTN) serta sebagai Wakil Komite Tetap Pengembangan Mutu & Industri
Pendidikan, Kadin Indonesia.
e)
Herry Suhardiyanto (Komisaris)
Menjabat Komisaris sejak tahun 2008. Sampai dengan saat ini
masih menjabat sebagai Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB).
f)
Alirahman (Komisaris)
Menjabat Komisaris sejak tahun 2008.
Sebelumnya pernah menjabat di Bapenas, BKN, Sekretariat Negara, Komisaris PT
Perkebunan Nusantara XII dan sampai dengan saat ini masih menjabat juga sebagai
Direktur Pascasarjana UIEU.
2.2.2 Direksi
Direksi PTPN VIII
a)
Dadi Sunardi (Direktur Utama)
Menjabat Direktur Utama Berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Negara BUMN Nomor : SK-93/MBU/2012 tanggal 1 Maret 2012, dan sebelumnya
menjabat sebagai Direktur SDM dan umum di PT Perkebunan Nusantara VIII
(Persero) Periode 2007 – 2012.
b)
Danu Rianto (Direktur Produksi)
Menjabat Direktur Produksi Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Negara BUMN Nomor : SK-93/MBU/2012 tanggal 1 Maret 2012, dan sebelumnya
menjabat sebagai Direktur Produksi di PT Perkebunan Nusantara XII (Persero)
c)
Dikdik Koesnandi Wirasasmita (Direktur SDM dan Umum)
Menjabat Direktur SDM dan Umum Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Negara BUMN Nomor : SK-93/MBU/2012 tanggal 1 Maret 2012, dan sebelumnya
menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)
d)
Irwan Abdul Rahman Lubis (Direktur Perencanaan dan
Pengembangan)
Menjabat Direktur Perencanaan dan Pengembangan Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor : SK-93/MBU/2012 tanggal 1 Maret 2012
e)
Rahmat Slamet (Direktur Keuangan)
Menjabat Direktur Keuangan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor : SK-93/MBU/2012 tanggal
1 Maret 2012, dan sebelumnya menjabat sebagai Asisten Deputi Urusan Penunjang
pertanian, Kementerian BUMN.
2.3 Proses Pengolahan Teh
Perusahaan
teh PTPN VIII memproduksi berbagai macam teh, diantaranya adalah teh hitam
(Black Tea). Pengolahan teh hitam ini menggunakan 2 macam sistem pengolahan
yaitu pengolahan ORTHODOX dan pengolahan CTC (Cutting,
Tearing, dan Curling).
2.3.1 Pengolahan Orthodox
a)
Tahap Pelayuan
Daun teh segar yang telah dipetik
harus melalui tahap pelayuan. Pada tahap ini, daun teh dilayukan dengan
melakukan pemanasan agar kadar air yang terkandung berkurang 65-70 persen.
Pemanasan dilakukan dengan mengalirkan udara panas dengan alat yang
dinamakan Withering Trough
(WT). Hal ini dilakukan agar daun teh
dapat digiling dengan baik. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pelayuan antara lain yaitu suhu, kelembaban udara dan
banyaknya udara yang menembus pucuk yang akan dilayukan.
b)
Tahap Penggilingan
Selanjutnya, daun teh yang
telah dilayukan masuk pada tahap penggilingan. Pada tahap ini, daun teh
digiling dengan menggunakan mesin giling OTR dengan tujuan untuk memecah
sel-sel daun. Pemecahan daun teh disesuaikan dengan kebutuhan atau permintaan
pasar. Daun teh ada yang digiling kasar dan ada yang digiling sampai menjadi
serbuk.
c)
Proses Oksidasi Enzymatis
Daun teh yang telah digiling
disimpan pada tempat atau ruangan khusus yang bersih dan bebas bau. Pada tahap
ini, daun teh dibiarkan mengalami oksidasi. Enzim dalam teh akan bekerja dan
membentuk warna, rasa, dan aroma teh.
Ketika proses penggilingan telah
sempurna, daun teh ditempatkan dalam bak-bak atau diletakkan diatas meja,
sehingga enzim-enzim yang ada di dalam daun teh bersentuhan dengan udara dan
mulai teroksidasi. Hal inilah yang menghasilkan bau, warna, dan mutu dari teh. Pada
proses ini daun teh berubah warna dari hijau, menjadi coklat muda, lalu coklat
tua, dan perubahan warna daun ini terjadi pada temperatur 26 derajat.
Tahap ini merupakan tahap kritis
dalam menentukan rasa teh, jika oksidasi dibiarkan terlalu lama, rasa akan
berubah menjadi seperti busuk.
Proses oksidasi memakan waktu kurang lebih satu setengah sampai 2 jam.
Proses ini dimonitor secara konstan dengan menggunakan termometer berdasarkan pengalaman bertahun-tahun.
Proses oksidasi memakan waktu kurang lebih satu setengah sampai 2 jam.
Proses ini dimonitor secara konstan dengan menggunakan termometer berdasarkan pengalaman bertahun-tahun.
Semakin lama teroksidasi, teh
menjadi berwarna semakin gelap. Teh hijau tidak mengalami oksidasi atau dalam
periode oksidasi yang singkat. Teh Oolong
teroksidasi sebagian, dan teh hitam mengalami oksidasi secara penuh.Seringkali
tahap ini disamakan dengan fermentasi. Tetapi, fermentasi menggunakan
mikroorganisme (bakteri, jamur, ragi, seperti pada roti, bir), yang pada
fermentasi teh tidak dilakukan. Fermentasi teh merupakan proses oksidasi kimia.
d)
Tahap Pengeringan,
Untuk menghentikan proses oksidasi, daun teh dilewatkan
melalui pengering udara panas dengan menggunakan ECP drier (Endless Chain
Pressure drier) & Fluid bed drier.. Proses ini mengurangi total kadar air
hingga kira-kira 3% dan menghentikan enzim. Oksidasi dihentikan pada proses
ini, dan sekarang daun teh yang sudah kering siap untuk disortir berdasarkan
penggolongan kelasnya sebelum pengemasan.
e)
Tahap
Sortasi
Teh yang sudah kering kemudian
disortir dengan tujuan :
Ø Memisahkan bubuk teh kering
berdasarkan bentuk dan ukuran partikelnya.
Ø Memperbaiki mutu teh yang dihasilkan
dengan menghilangkan benda-benda asing yang bukan daun teh seperti tangkai, serat,
pasir, logam dan benda asing lainnya.
f)
Tahap
pengemasan
Dalam
tahap ini daun teh di kemas sesuai dengan permintaan pasar, diantaranya dikemas
menjadi teh celup, teh saring, teh seduh, dll.
2.3.2 Pengolahan CTC (Cutting,
Tearing, dan Curling).
a)
Tahap Penyiapan bahan baku
Yaitu bahan baku yang berupa pucuk
halus dari hasil pemetikan medium murni, karena pucuk yang halus sangat
membantu kelancaran proses penggilingan. Pucuk teh halus ini minimal harus 60%
dan utuh.
b)
Tahap Pelayuan
Cara pelayuan pucuk untuk pengolahan
teh CTC ini bisa mencapai 32%-35% derajat layu, dan kadar air 65%- 68%. Proses
pelayuan membutuhkan waktu 4-6 jam dan masih memerlukan pelayuan bahan kimia,
sehingga pelayuan diperpanjang menjadi 12-16 jam.
c)
Tahap Pengayakan pucuk layu
Pengayakan ini sangat berguna dalam
pengolahan, yaitu untuk memisahkan pucuk dari berbagai kotoran, seperti pasir
krikil dan benda lainnya yang dapat menyebabkan tumpulnya pisau/gigi pada
gilingan CTC.
d)
Tahap Penggilingan
Mesin giling CTC mampu menghancurkan
daun dengan sempurna, sehingga seluruh sel daunnya pecah, dengan demikian
menghasilkan oksidasi enzimatis (fermentasi) senyawa-senyawa polifenol lebih
banyak. Penghancuran daun yang merata ini, akan menunjang terjadinya berbagai
proses biokimia, antara lain adalah proses oksidasi enzimatis polifenol,
perombakan pektin oleh enzim dan perombakan klorofil oleh enzim.
e)
Tahap Fermentasi
Fermentasi bubuk basah memerlukan
suhu udara rendah 25ºC dan kelembaban tinggi 90%-100%. Fermentasi pada
pengolahan CTC ini dapat memakai fermenting trays, dibeber dilantai atau
continous fermenting mechine (CFM). Waktu fermentasi antara 80-85 menit. Hasil
fermentasi teh CTC lebih merata, karena bubuk basah lebih kecil dan rata.
f)
Tahap Pengeringan
Pengeringannya dilakukan sampai
kadar air pada bahan mencapai 3-5%.
g)
Tahap Sortasi
Sortasi
teh kering pada pengolahan CTC lebih sederhana dibandingkan dengan teh hitam
orthodox. Keringan teh CTC ukurannya hampir seragam dan serta-serat yang
tercampur dengan keringan hanya sedikit. Di samping memisahkan serat dan
tangkai, sor tasi kering juga dapat memisahkan partikel-partikel teh yang
ukurannya seragam.
2.4 Produk
Hingga
semester I-2012 teh yang dihasilkan PTPN VIII mencapai 20.569 ton. Produksi
sebanyak itu didapatkan pada kuartal I sebanyak 10.860 ton dan kuartal II-2012
sebanyak 9.709 ton.
Dari
total produksi teh PTPN VIII, sebanyak 75%-80% ditujukan untuk ekspor. Beberapa
negara tujuan ekspor antara lain Timur Tengah, Asia, Eropa dan Amerika Serikat
(AS).Selain pasar ekspor, teh PTPN VIII juga dilelang untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan teh dalam negeri. Salah satu perusahaan teh domestik yang menjadi
pelanggan PTPN VIII adalah Sari Wangi.
PTPN VIII juga membuat produk
sendiri yang dinamakan TEH WALINI yang didistribusikan oleh PT. Atri
Distribusindo dan Puskopkar PTPN VIII. Teh Walini terdiri dari beberapa jenis
produk berupa teh celup dan teh seduh, yaitu :
a)
Teh Celup Hitam Walini
b)
Teh Celup Lemon Walini
c)
Teh Celup Jahe Walini
d)
Teh Celup Organik Walini
e)
Teh Celup Hijau Jepang
f)
Teh Celup Hitam Walini TB 1
g)
Teh Celup Hitam Walini TB 5
h)
Teh Seduh Hitam Walini
i)
Teh seduh Hijau Walini
Tiap-tiap jenis
produk dikemas dalam tiga bentuk kemasan yang berjumlah 1-25 buah dalam satu
kemasan. Jenis produk yang menggunakan kemasan Double Chamber yaitu: Teh Celup
Hitam Walini, Teh Celup Lemon Walini, Teh Celup Jahe Walini, Teh Celup Organik Walini,
Teh Celup Hijau Jepang. Yang menggunakan kemasan Single Chamber adalah: Teh
Celup Hitam Walini TB 1 dan Teh Celup Hitam Walini TB 5, sedangkan teh seduh
hitam dan hijau Walini menggunakan kemasan teh seduh.
Untuk mengembangkan produk dan
pemasaran hilir komoditi teh, PTPN VIII mengembangan produk RTD (Ready to
drink) Tea. Produk RTD Tea ini dilabeli dengan brand WALINI diproduksi dalam
kemasan botol PET volume 300 ml.
Pada tahun 2009 RTD Tea dalam
kemasan botol PET diproduksi sebanyak 6 juta botol ukuran 300 ml. Untuk tahun
selanjutnya, produksi RTD Tea akan dikembangkan sesuai dengan permintaan pasar.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
PTPN VIII
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perkebunan,
pertanian, dan agrobisnis. PTPN VIII Rancabali bergerak di bidang perkebunan
teh, yang menghasilkan berbagai macam produk teh yang berkualitas dengan brand merek teh Walini. Teh
walini ini di produksi dengan menggunakan 2 sistem pengolahan yaitu system OTR
dan sistem CTC.
3.2 Saran
Berdasarkan
kunjungan dan penelitian yang telah kami lakukan dapat disarankan bahwa :
“Pemerintah
dalam hal ini BUMN terutama PTPN VIII sebaiknya dapat berinovasi dan lebih
mengembangkan produksi di bidang perkebunan terutama teh, agar dapat lebih
banyak menyerap tenaga kerja dan lebih banyak menghasilkan devisa untuk Negara”.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment